Berbicara Amanuban, Berbicara mengenai sejarah yang sangat panjang bahkan dimuat di beragam buku-buku catatan perjalanan masa lampau, dan kali ini penulis ingin mengangkat catatan mengenai Kerajaan Amanuban yang ditulis oleh seniman pelancong asal Perancis yang mengunjungi Kupang pada tahun 1818 dia adalah Jacques Etienne Arago.
Jacques Arago pada bab ke 64 (halaman 200-202) ia mendiskripsikan situasi politik di Kupang akibat perlawanan Louis Nope II yang gigih melawan Belanda dan Inggris bersama-sama dengan ksatria-ksatrianya. Disini terlihat jelas bahwa seluruh orang Amanuban berani melawan kekuatan Eropa bahkan saat itu Inggris adalah negara adidaya.
Berikut Tulis Jacques Arago dalam bukunya:
SURAT 64.
Kami tiba di Kupang pada waktu yang kurang sesuai untuk memutuskan status dari koloni tersebut. Sang gubernur, mengepalai tentara berjumlah sepuluh ribu orang, pergi untuk melawan usaha berani dari seorang raja bernama Luis, yang menurut mereka telah mengibarkan bendera pemberontakan.
Seorang raja memberontak kepada seorang gubernur!
Luis, raja ketujuh dari Kupang, adalah seorang Kristen, anak laki-laki Tubany, raja Amanuban, yang wilayahnya terletak lima hari perjalanan jauh ke barat dari Kupang dan ada di tengah-tengah kepemilikan Belanda (jarak di sini diukur hanya oleh jumlah hari atau jam yang dibutuhkan dalam menempuh perjalanan. Liga dan mil tidak diketahui). Ia dididik di Kupang, dalam agama ayahnya yang ia teruskan pemerintahannya. Sekitar sepuluh tahun lalu, lelah dengan hidup tanpa hasil yang berkepanjangan dan haus akan kemuliaan, ia menyatakan perang kepada raja-raja tetangganya, menaklukan mereka dibawah kekuasaannya namun hal ini mengancam bantuan kepada Belanda, yang menolak untuk menyerahkan mereka, sehingga sejak saat itu Louis dan Belanda selalu ada dalam peperangan terus menerus.
Ia Mengepalai sejumlah besar prajurit [Meo-Meonya] yang setia kepada kepentingannya, Luis dari Amanuban tampak tidak takut kepada ancaman dari begitu banyak musuh-musuhnya yang bersatu. Ia sudah pernah mengusir mereka yang kemudian memberikan kedamaian yang besar dan selama masa itu perlindungan dan dorongannya telah menarik sejumlah besar orang-orang ternama dan pekerja-pekerja yang cakap yang dengan sentuhan seni telah melahirkan perdagangan dan industry. Tangannya yang penuh kemenangan telah membawanya ke pintu-pintu gerbang Kupang, dimana, tujuh tahun lalu, ia menebar terror, setelah membakar beberapa bangunan, termasuk diantaranya kediaman sang Residen (Gubernur).
Pada saat ini, sebagai konsekuensi dari usaha untuk menindasnya, kembali ia menyatakan kemerdekaannya, dan dengan memiliki tentara [MEO] berjumlah enam ribu orang, dua pertiga dipersenjatai dengan senapan dan berkuda, ia memiliki beberapa alasan untuk mengantisipasi sebuah kemenangan, yang akan membebaskan koloni dari kekuasaan yang lalim dan menurunkan keempatbelas penguasanya dari takhta.
Senjata para prajuritnya [Meo2nya] adalah senapan, pentungan, tombak, keris;keberanian mereka yang menakjubkan, dan kejeniusan pemimpin mereka, membuat mereka menjadi musuh yang hebat. Luis seorang yang lihai, ia telah sangat berhasil menaburkan perselisihan dalam tentara musuh-musuhnya. Ia bebas dari prasangka; ia akan terus bertarung di bawah bayangan, bahkan apabila panah-panah musuhnya menghitamkan matahari. Ia didorong oleh kesuksesannya yang pertama. Ia mengharuskan Belanda membangun benteng di Babau, tempat yang ia serang sebelumnya. Ia seorang yang bijaksana, di daerah kekuasaannya ia telah mendirikan kubu pertahanan yang sama mengejutkannya bagi Belanda dan sekutu-sekutunya. Singkatnya, ia berjuang untuk kemerdekaan, sedangkan keempatelas raja lainnya berjuang untuk perbudakan. Para prajurit [Meo2] Louis bersedia mati di sekeliling pemimpin mereka, itulah yang ditakuti sehingga orang-orang dari pulau-pulau yang berkumpul di bawah bendera Eropa tersebut akan melarikan diri dari tugas mereka sebelum mereka bertarung, atau meninggalkannya setelah pemeriksaan pertama.
Para prajurit [Meo-Meo] Louis melekat kepadanya oleh rasa terima kasih: ketakutan sajalah yang mengumpulkan para penduduk pulau di bawah kekuasaan Belanda. Berapa banyak lagi alasan yang harus kita punya bahwa pemimpin yang berani ini akan keluar sebagai pemenang dalam sebuah kontes yang ditawarkan oleh rasa bangga yang terluka dan diterima oleh patriotism, dan kesadaran akan alasan yang adil!
Semua raja yang telah dipanggil oleh pemerintah Belanda untuk membantu mereka dalam perang ini, terpaksa memimpin prajurit-prajurit mereka, atau paling tidak mengikuti tentara mereka ke markas besar. Raja Dengka membawa seribu orang, namun sakit menghalanginya untuk memimpin prajuritnya ke medan perang, ia tidak bisa mendapat ijin untuk kembali ke Kupang, sampai ia bersumpah bahwa rakyatnya akan setia untuk tujuan yang telah mereka ambil. Sebagaimana dipercaya oleh orang lokal, sesuai dengan takhayul jaman dahulu, bahwa sakit penyakit tidak akan timbul kecuali oleh perintah dewa-dewa,mereka menganggap sebagai sebuah tugas, apabila pemimpin mereka terhalang oleh sebab yang demikian, untuk tidak hadir dalam pertempuran. Dan prasangka ini, menyebabkan desersi besar di antara para tentara dari Dengka yang menguntungkan bagi Louis. Bila dua peristiwa seperti itu terjadi lagi, Louis hanya akan menyesali hilangnya kesempatan untuk memperoleh kejayaan.
Orang Inggris telah melakukan dua ekspedisi melawan raja Luis; pertama pada tahun 1815,kedua pada tahun 1816, tanpa bisa menaklukkannya. Ia tinggi, cepat, dan bergerak dengan kekuatan dan kecepatan yang besar: keberaniannya kuat, namun tenang: rencana-rencananya berani tetapi bukan tidak bisa dipraktekkan, ia mengupahi keberhasilan, dan menghukum ketidaktaatan. Mungkin tidak ada yang dibutuhkan untuk kemuliaan orang yang sangat luar biasa ini selain sejarawan untuk mencatat perbuatan-perbuatannya yang berani. Sulit untuk memahami bagaimana begitu sangat percaya diri,dan banyak keuntungan-keuntungan yang dicatat, didapat dengan sumber-sumber yang terbatas seperti itu. (**
(** - Teks terjemahan diterjemahkan oleh Pdt. Yunita Maro
- acc - Pina Ope Nope
Ritual adat tersebut diantaranya adalah Nasaeba Banu, Talas, Kio yang dalam Bahasa adatnya bisa diartikan dengan laranan untuk masuk pada sebuah kawasan hutan yang dilindungi oleh leluhur.
Jacques Etienne Arago seorang Seniman dan Pelancong Perancis yang mengunjungi Kupang pada tahun 1818. Dalam bukunya yang berjudul "A Narrative voyage round the world" yang dipublikasikan di Eropa dan Amerika pada tahun 1823. Kini buku ini dicetak ol