Kupang.Spektrumnasional.com|| Kepala UPTD Taman Budaya NTT, Drs. Sofyan Koerniawan,MM kepada media menyampaikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di taman budaya NTT merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh sektor sajian seni budaya. Dirinya berharap untuk kedepannya sajian budaya yang ditampilkan di area destinasi wisata maupun saat penyajian serimonial untuk penjemputan tamu, bahkan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tingkat nasional, taman budaya selalu melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi hal-hal menjawab kebutuhan - kebutuhan tamu.
Taman Budaya NTT di tahun 2021 dan 2022 meraih peringkat pertama dalam enam penampilan perfom sebuah tarian nasional, temu karya taman budaya NTT juara satu. Sedangkan di tahun 2017, 2018 pun telah mendapatkan 10 kategori pemenang terbaik utama di tingkat nasional. Termasuk tipenya taman budaya NTT yang sebelumnya merupakan tipe B sekarang telah mencapai tipe A.
Demikian disampaikan Kepala UPTD Taman Budaya NTT, Drs. Sofyan Koerniawan, MM kepada media di ruang kerjanya. Rabu, 22/06/22.
"Kalau sudah tipe A maka fasilitas sarana dan prasarana, klasifikasi tayangan bahkan penanganan kegiatannya sudah di anggap tingkat nasional, seperti di Denpasar Bali, Surabaya, Bandung dan Medan. Hanya beberapa saja yang meraih kategori tipe A dan kami raih di tahun 2021," urai Kepala UPTD Taman Budaya NTT.
Dengan harapan dari UPTD Taman Budaya NTT agar output yang telah diberikan kepada masyarakat, para pelaku budaya, perhatian terhadap nilai budaya, perhatian terhadap peningkatan seni budaya. Hal-hal tersebut tidak seimbang dengan gelar-gelar kategori A, maka dari hal-hal tersebut yang memacu Taman Budaya NTT untuk terus bergerak maju. "Kami berharap taman budaya karena menyandang tipe A maka semua fasilitas harus lengkap dan berharap ada kepedulian dari pemerintah daerah maupun pusat," harap Sofyan.
Dikatakan Kepala UPTD Taman Budaya NTT bahwa, pada prinsipnya dalam memenets tari penyambutan di area destinasi wisata, dikatakannya belum berjalan dengan baik.
"Saya katakan belum termanajer dengan baik dan terperhatikan dengan baik dari sisi perangkat daerah posisinya di Dinas Pariwisata harus memikirkan bagaimana harus ada sanggar khusus untuk penjemputan di destinasi wisata, karena taman budaya hanya bekerja menyiapkan SDM nya. Untuk memenets hal-hal tersebut butuh dari perangkat daerah yang punya kepedulian terhadap hal tersebut. Sehingga di destinasi wisata ada sajian penjemputan itu tergantung dari perangkat daerah yang memiliki kapasitas untuk meperhatikan," ujar Sofyan.
Ia melanjutkan bahwa Nusa Tenggara Timur lebih mempuni semua tarian budaya, mengapa tidak menampilkan karya-karya tersebut. "Semisalnya suatu waktu menampilkan tarian Sumba, Flores, Timor, Sabu, Rote tetapi inikan tidak memenets dengan baik sebagai perangkat daerah yang punya wewenang untuk mengatur hal-hal ini," tegas Kepala UPTD Taman Budaya NTT.
Dikatakan Sofyan bahwa, pelaku budaya hanya tinggal menunggu kapan diberikan kesempatan, diberikan ruang. Katanya sebab ada yang berpandangan semua milik pemerintah.
"Pelaku budaya bisa saja secara ekspresi, kreativitas, setiap saat ia melahirkan karya-karya. Tetepi apakah kita sebagai perangkat daerah yang berkompoten perhatian itu selalu memberikan ruang? Itu pertanyaan besar," pungkasnya.
Jelasnya, taman budaya punya tupoksi tetap dijalankan sesuai mempersiapkan SDM secara kualitas.
Ditiga tahun belakangan ini termasuk tahun ini taman budaya melakukan kegiatan yang disebut Workshop yaitu kerja bengkel, kerja bengkel tersebut khusus pada bidang seni tari, seni musik, seni lukis dan seni teater. " Yang hasil output dari workshop ini akan disajikan dari yang biasa menjadi sajian yang akademis, profesional atau bermutu," jelas Sofyan.
Telah tiga tahun dari 2020 hingga 2022 dilakukan kegiatan dari taman budaya melibatkan para senimannya, hal tersebut untuk nanti para pelaku budaya, para guru kesenian, siswa pelajar/mahasiswa, memanfaatkan ilmu yang sudah diperoleh demi peningkatan wawasan dalam penanganan kesenian daerah, dengan tetap menanamkan nilai-nilai budaya yang ada di NTT.
"Sebab siapa lagi kalau bukan kita, yang akan lagi bisa melanjutkan seluruh warisan budaya ini, dari generasi ke generasi kita berharap terus berjalan. Akan tetapi baik itu dalam rumah tangga, pergaulan, pendidikan tidak memperhatikan hal-hal ini. Sekalipun UPTD Taman Budaya sekeras apapun upayanya akan juga tidak dikatakan 100% atau 75% mencapai keberhasilan jika tanpa didukung dari 10 aspek," ujar Sofyan.
Dikatakan Sofyan bahwa, dari tiga tahun belakang ini telah banyak perkembangan khusus pada sajian perfom baik itu tari, musik dan teater dilihat dari pemanfaatan ilmu baik di sekolah maupun perguruan tinggi dan komonitas-komonitas sanggar seni budaya. Telah mengubah pola dalam merefleksikan hasil ilmu yang telah didapatkan.
"Walaupun sudah dilakukan secara otodidak namun sekarang sudah dibantu dengan wawasan akademis, hal ini mempengaruhi dan perlahan kita berharap akan menjadi pegangan seluruh pelaku budaya," tutup Sofyan.
Reporter : Nixon Tae
Ritual adat tersebut diantaranya adalah Nasaeba Banu, Talas, Kio yang dalam Bahasa adatnya bisa diartikan dengan laranan untuk masuk pada sebuah kawasan hutan yang dilindungi oleh leluhur.
Jacques Etienne Arago seorang Seniman dan Pelancong Perancis yang mengunjungi Kupang pada tahun 1818. Dalam bukunya yang berjudul "A Narrative voyage round the world" yang dipublikasikan di Eropa dan Amerika pada tahun 1823. Kini buku ini dicetak ol