Manggarai Timur. Spektrum-nasional.com || Mula cerita. Di awal niat merapatkan jarak yang renggang. Riak-riak skeptis melingkar pelan nan menantang. Beragam angle pandang mengkritisi kehadiran Forum Komunikasi Alumni (FORKOMA) PMKRI Manggarai Timur liar dengan cepatnya. Mereka punya cara pandang sendiri-sendiri. Mereka punya hak untuk itu. Tetapi, itu bukan soal. Bukan masalah serius. Bukan pula virus mematikan.
Bagi kita pelaku dan pemain organisasi, yang merasakan manis madu berorganisasi letupan sanksi, curiga, itu biasa. Lagu lama yang sering “dinyanyikan” ketika ada asa yang belum dikenal dekat. Sebab, titik bidik mereka masih meleset. Masih suram. Apalagi muncul dari mereka-mereka yang setengah paham tentang organisasi dengan isi kepala ala kadarnya. Isi kepala yang sudah sesak dengan energi negatif. Mereka-mereka kaum picik berakal dangkal.
Elegannya, dalam ramah yang teduh dan tilikan bernas, seorang, Tino Rani, menjinakkannya dengan santun dan enteng. Menarasikan dalam alur paham luas membentang. Sebab sejumput sanksi meragukan itu hanyalah selumbar yang enteng dipikul. Ringan “didekatkan”
Mereka akhirnya paham. Mengerti. Dan ujungnya, tak ada lagi salam paham yang mecurigakan. Mereka ikhlas mengikat, santun beradab mendukung FORKOMA PMKRI Manggarai Timur. Meski satu dua masih setengah sadar. Itu gulma kecil saja.
Yang jelasnya, FORKOMA PMKRI Matim ada dan mulai berkibar. Meski dalam skope kecil-yang telah lewat, tetapi sudah menggarami dan menerangi sesama yang tersungkur penat gelap. Mereka yang mengalami rasa tawar akibat bencana, misalnya.
Dalam kesadaran berada merapatkan amal, setidaknya, mengulurkan jembatan yang menghangatkan harap. Menyulam kasih dan menyodorkan seberkas cahaya terang yang bisa menyegarkan. Sekadar sebut saja. Ketika satu keluarga di salah satu sudut wilayah Manggarai Timur diterpa bencana, FORKOMA PMKRI Manggarai Timur mendatangi korban seraya menawarkan bantuan. Bantuan itu meski kecil seperti biji sesawi, tetapi setidaknya, menunjukan betapa pentingnya menjadi bagian dari penderitaan yang sedang dialami keluarga itu.
Selain itu, FORKOMA PMKRI Manggarai Timur membantu 1000 buku bagi anak-anak sekolah. Pun beberapa taman baca di beberapa titik di wilayah Manggarai Timur. Inilah bagian kecil ethos kiprah dan pelayanan yang “dibumikan” FORKOMA PMKRI Manggarai Timur dalam rangka mendukung gerakan literasi.
Tentunya, tidak itu saja. FORKOMA PMKRI Manggarai Timur bakal tetap menyapa yang terbatas. Melunakkan impian yang masih beku. Sengatan yang berbisa untuk keadaban bersama kita di tanah hunian kita bersama.
Sabtu (20/11/2021) sejumlah pengurus FORKOMA PMKRI Manggarai Timur dilantik. Prosesi pelantikan disatukan dalam perayaan ekaristi kudus. Ritual-ritual yang dilalui itu bukan sekadar melabelkan ethos kiprah FORKOMA PMKRI Manggarai Timur, tetapi serentak dengan itu mengaminkan niat suci yang selalu diingatkan PMKRI itu sendiri.
Pihak-pihak yang hadir dalam pentas protokol bernapas religius yang berlangsung di Aula Kevikepan Borong adalah sesama yang sudah merasakan betapa lezatnya susu “kehidupan” PMKRI. Mereka datang dan melebur. Mendaur semangat. Mengalirkan energi positif. Meletupkan kiprah tilik atas realitas kehidupan dan beradanya Manggarai Timur.
Di bawah komando Tino Rani, bendera abdi FORKOMA PMKRI berkibar dan terus mengudara. Kiblat visi selalu bernapaskan mengingatkan yang mapan, merangkul yang papah. Tolak bungkam itu spirit yang ditegakkan. Makanya ketika pimpinan DPRD Manggarai Timur hendak membeli mobil dinas di tengah label Matim ekstrem, FORKOMA PMKRI Matim, tampil garang menolak. Ketika pembangunan masjid terkesan dipaksakan dan mengada-ada, FORKOMA menolak dengan eloknya. Dan ketika kegelisahan pendidikan kian meremukkan harapan di tengah percaturan dunia kerja FORKOMA MATIM bersuara menawarkan pikiran konstruktif.
Tak cukup itu saja, untuk memupuk solidaritas sesama penghuni FORKOMA MATIM, sang jendral Tino Rani menggagas media perjumpaan yang menghangatkan. FORKOMA PMKRI Matim, kau kekasih juangku. Kami selalu dalam kidung ini,” api semangatmu selalu kami nyalakan. Sinar cahaya abdi yang menghangatkan dan menyegarkan raga kami sulutkan kepada sesama. Karenanya dalam wadah ini kami saling mengasup pengetahuan dan pemahaman yang bergizi. Selalu berkiprah dan berkiblat dalam napas pelayanan yang menyelamatkan. Di sanalah pesona FORKOMA PMKRI Manggarai Timur bernyawa dan berjiwa bagi sesama.
FORKOMA PMKRI Manggarai Timur. Kami abdimu selalu jadi garam yang terus mengasinkan. Terang cahaya dengan energi kuat. Kami takkan jadi tawar, di tengah belanga pelayanan sekadar “menghangat” raga. Tak bakal suram, akibat haluan godaan yang segar sesaat. FORKOMA PMKRI Manggarai Timur, i love you full.
Ditulis oleh: Kanis Lina Bana, anggota FORKOMA PMKRI Matim.
Berkaca pada data seperti dikutip dari Kompas mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 43 taman nasional dengan luas Kawasan mencapai 12,3 Juta Hektas, namun sekitar 30 persen diantaranya dalam kondisi rusak parah akibat perambahan.