Jakarta. Spektrum-nasional.com || Banyak Diaspora Indonesia yang mampu berprestasi di negeri orang. Keberhasilan mereka bejuang dan membangun karir di luar negeri patut menjadi pelajaran bagi generasi muda Indonesia.
Seperti yang ditorehkan Diaspora Indonesia, Thomas Kesuma, sejak berusia 12 tahun, Thomas sudah didorong untuk belajar mandiri dan memulai hidup jauh dari kampung halamannya, Rantau Prapat.
Thomas tinggal dikos-kosan di Medan agar dapat melanjutkan pendidikan SMP hingga SMA-nya di salah satu sekolah ternama di Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Sutomo 1 Medan.
Usai menamatkan studi di bangku SMA, Thomas mendapatkan kesempatan untuk berkuliah di negeri tetangga Singapura. Dia mengambil jurusan finansial dan akuntansi.
Tujuan utama kuliah di Singapura adalah untuk mengenal budaya asing dan memperlancar bahasa Inggris. Pasca berinteraksi dengan beragam orang asing di singapura, Thomas merasa bahwa penguasaan bahasa asing merupakan kunci utama hidup diluar negeri.
Karena ketertarikannya terhadap budaya Jepang pada saat itu, dia memutuskan untuk mendalami Bahasa Jepang setelah meyelesaikan pendidikan di Singapura.
Pada awalnya, Thomas berpikir bahwa jika dia sudah bisa berbahasa Inggris maka dia dapat dengan mudah bersosialisasi dengan penduduk di Jepang.
Tapi kenyataanya, hanya 1 dari 10 orang Jepang yang dia temui bersedia untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Setelah menghadapi kenyataan ini, Thomas mantap belajar bahasa Jepang di sekolah Bahasa Jepang.
Sembari belajar Bahasa Jepang, Thomas berkerja paruh waktu untuk membiayai kehidupannya di Jepang. Tetapi karena tidak menguasai Bahasa Jepang, Thomas mulai bekerja sebagai tukang masak dan pembersih dapur di sebuah restoran Jepang karena pekerjaan ini tidak menuntut penguasaan bahasa Jepang yang fasih.
Setelah satu tahun sekolah Bahasa Jepang, Thomas memutuskan melanjutkan kuliah di sebuah Universitas Pertanian terkemuka di Tokyo yang bernama Tokyo University of Agriculture (Tokyo Nodai). Sebelum mengawangi Sendy Thomas pernah bekerja sebagai penerjemah, pemandu wisata dan berbisnis jastip.
"Saya mengambil jurusan Agribisnis karena melihat peluang besar dalam industri pertanian kedepan, ditambah lagi karena saya memilkibackground finansial dan akutansi pada kuliah sebelumnya di Singapura,'' Ujar Thomas saat dikonfirmasi media via seluler, Kamis, (27/7/2023).
Ia engatakan bahwa dirinya juga sama seeprti siswa-siswa lain pada umumnya.
"Sama seperti dengan anak SMA di Medan pada umumnya, saya adalah seorang siswa yang turut pada perkataan guru dan orang tua saya,'' ungkapnya.
Pada saat itu, saya sangatlah tertarik dengan budaya luar dan juga bahasa-bahasa asing, seperti Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, dll. Saya juga sangat suka kegiatan aktivitas di luar sekolah seperti, bermain music, menari, dan olah raga (futsal, badminton dan berenang), "imbuhnya.
Lanjutnya, setiap akhir pekan, saya dan teman-teman yang berhoby serupa, suka berkumpul bersama untuk menjalankan hobi yang kita suka ini.
Ia juga mengatakan pada saat kuliah di Jepang, saya banyak ikut program berbahasa inggris yang diselenggarakan oleh pihak kampus agar dapat membantu orang Jepang dan pelajar dari negara asing berkomunikasi dan mengenal budaya satu sama lainnya.
Tidak hanya itu, saya juga senang mencoba berbagai perkerjaan paruh waktu yang menarik seperti, pemandu wisata, guru bahasa dan penerjemah, walaupun penghasilannya tidak seberapa, tapi cukuplah untuk mengcover biaya rumah dan makan di Jepang, "kata Thomas.
Dijelaskan Thomas, "Tahun pertama kuliah merupakan tahun tersulit bagi saya banyak masalah finansial yang harus saya hadapi, seperti biaya kuliah dan biaya hidup, "tuturnya.
Ditambah lagi, bahasa jepang saya pada saat itu masih belum lancar, jadi sangat sulit bagi saya untuk mengerti sepenuhnya ajaran dosen yang mengajar dalam bahasa jepang.
" Saya tergolong beruntung karena pada awal tahun kuliah di Jepang, saya bertemu dengan orang Jepang yang berbaik hati menjelaskan ulang semua topik topik yang diajarkan oleh dosen Jepang tersebut, "imbuhnya.
Berkat teman Jepang saya ini, saya berhasil menyelesaikan tahun pertama kuliah dengan nilai GPA 3.9 dan juga mendapat gelar sebagai murid teladan di Universitas.
Lebih dalam Thomas, " adapun siswa yang mendapat gelar ini akan didiskon biaya kuliahnya sebesar 50% Kemudian, saya juga mendapatkan bantuan berupa informasi tentang cara mendapat beasiswa, tips untuk hidup di Jepang, dari senior-senior komunitas orang Indonesia di universitas saya.
Selanjutnya karena saya berhasil memenuhi semua persyaratan utuk mendapatkan beasiswa dari ASSURAN International Scholarship Foundation, saya coba mendaftarkan diri dan akhirnya saya berhasil terpiliih menjadi mahasiswa penerima beasiswa dimana beasiswa ini saya gunakan sampai lulus kuliah.
Dari masalah yang saya hadapi ketika kuliah di Jepang, saya belajar banyak bahwa selain harus mempunyai sikap pantang menyerah dan sabar dalam menghadapai semua cobaan Tuhan YME, manajemen waktu kapan kita harus belajar, bekerja, bersosialisasi dan beristirahat memegang peranan penting untuk menentukan kesusksesan di perantauan.
Tema tesis kelulusan saya adalah " Kesadaran dan Evaluasi Orang Jepang Terhadap Produk Kopi Luwak dari Indonesia", topik ini saya pilih karena saya melihat banyaknya vending machine/mesin otomatis di Jepang yang menjual minuman kopi dimana-mana.
Dan setelah saya meneliti lebih lanjut, negara Jepang adalah negara urutan ke-3 dalam daftar negara pengonsumsi kopi terbesar di dunia setelah Amerika dan Jerman.
Oleh sebab itu, saya ingin tahu apakah orang Jepang tertarik dengan kopi Luwak Indonesia, yang juga sering disebut sebagai kopi termahal di dunia.
Mungkin saja, ini dapat menjadi peluang bisnis besar kedepannya antara Indonesia dan Jepang. Dalam menyelesaikan tugas akhir, saya dibantu oleh seorang penjual kopi Indonesia di Jepang, bernama “Rino Senlewa”, yang juga adalah pemilik dari toko Mahameru Coffee.
Beliau mengizinkan saya untuk mengumpulkan data dan angket dari pelanggan yang mengunjungi toko kopinya, sehingga saya dapat mendapatkan bukti yang cukup untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah.
Untuk saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan Jepang yang menyediakan jasa konsultasi dan penerjemahan Bahasa Jepang, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Saat ini, saya ditugaskan sebagai staff marketing dan penerjemah di perusahaan (Seven Global Remit, Ltd.) yang menyediakan jasa pengiriman uang bernama “Sendy”.
Layanan aplikasi pengiriman uang Sendy ini dapat membantu orang-orang Indonesia, terutama pemagang Indonesia yang berkerja di Jepang, agar mereka dapat mengirim uang/gaji mereka secara langsung ke rekening bank di Indonesia cukup dengan satu smartphone yang dapat mengunduh aplikasi Sendy.
Tanggung jawab utama saya adalah mencari pelanggan baru, menjelaskan tentang fitur layanan, dan juga menangani pertanyaan ataupun masalah yang dihadapi oleh pengguna aplkikasi pengiriman uang Sendy.
Biaya pengiriman uang, nilai kurs dan fitur-fitur Sendy tidak kalah bersaing dengan perusahaan penyedia layanan pengiriman uang lainnya.
"Jadi, kalau mau kirim uang dari Jepang ke Indonesia, silakan coba pakai Sendy aja ya!hehehe, " kata Thomas.
Pesan saya bagi pemuda Indonesia, jangan putus asa dan jangan pernah takut atau malu akan kegagalan karena sesungguhnya kegagalan itulah guru terbesar dalam hidup, kita harus bisa menerima bahwa kegagalan itu adalah bagian dari hidup, barulah kita bisa belajar dari kegagalan tersebut sehingga tidak terulang lagi dan jangan takut bersaing dan berkarir di luar negeri,'' pungkasnya. (*SN/Lison).
Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud Pastikan Dukung Kongres Ke-XXXIX GMKI di Samarinda
Sukabumi.spektrum-nasional.com || - Komandan Pusat Latihan Pertempuran (Danpuslatpur) Marinir 6 Antralina, Mayor Marinir Ringga Widyatama, M.,Tr.,Oplsa. salurkan bingkisan lebaran 1446H/2025 M mitra Bank Nasional Indonesia (BNI) kepada seluruh prajur
Puslatpurmar 6 Antralina Memperingati Nuzulul Qur'an 1446 H/ 2025 Masehi